Rabu, 21 Agustus 2013

WIIFa


“When I get ready to talk to people, I spend two thirds of the time thinking what they want to hear and one third thinking about what I want to say.” 
 
Abraham Lincoln

Dalam berkomunikasi interpersonal akan selalu ada pembicara dan pendengar serta pesan yang akan disampaikan. Dalam ‘public speaking’ akan selalu ada pembicara dan pendengar yang lebih dari 1 orang dan pesan yang akan disampaikan. Kedua hal di atas menitikberatkan pada pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara pesan itu tersampaikan.
Saat pesan disampaikan banyak pembicara yang selalu memikirkan pesan tersebut adalah hal yang sangat penting, perlu, dan harus dibicarakan kepada audiens tersebut, namun sering terlupakan adalah memikirkan apakah pentingnya pesan tersebut bagi pendengar atau audiens yang mendengarkan.
Dalam banyak seminar yang saya moderatori, saya melihat bahwa banyak pembicara tidak memikirkan apa yang judul saya sebut WIIFa atau Whats In It For Auidence sehingga mengakibatkan audiens tidak berselera untuk mendengarkan dan membuat suasana seminar tidak lagi sesuai yang diharapkan.
Dalam seminar kepada mahasiswa-mahasiswi tentang pentingnya membayar pajak, misalnya, saya menemui pembicara yang justru langsung menerangkan tentang berbagai macam pajak padahal seharusnya pembicara terlebih dahulu menjelaskan apa sih pentingnya buat mahasiswa mengetahui tentang pajak karena mereka kebanyakan belum memiliki penghasilan karena masih ditanggung orangtua. Karena itu maka tidak heran seminar tersebut sudah sepi bahkan sebelum setengah dari acara tersebut berlangsung.
Mari kita jujur pada diri sendiri, saat kita jadi pendengar pasti kita akan berpikir ‘pentingnya buat gw apa ya dari omongan ini’, sehingga saat kita pikir itu penting kita akan lajut mendengarkan, namun jika tidak berbagai respon akan kita berikan salah satunya adalah komentar seperti ini: ‘ni orang ngomong gak penting banget sih, males dengerinnya’.
WIIFa adalah suatu jurus andalan dari setiap pembicara agar bisa nyambung dengan pendengar dan menimbukan suatu kebutuhan untuk si pendengar yang akan bisa terpenuhi hanya jika ia mendengarkan pesan tersebut.

Untuk memunculkan WIIFa ini, maka yang harus anda persiapkan adalah suatu ‘problem’ dan ‘kebutuhan’ dari pesan yang akan disampaikan.
“Tidak ada orang yang ingin punya problem dalam hidupnya, namun tidak ada seorangpun yang tidak punya problem sepanjang hidupnya”. Saat pesan anda menampilkan suatu problem yang mengena atau bisa terkena kepada audiens anda, maka itu akan menimbulkan suatu kebutuhan dalam pendengar anda untuk mendengarkan pesan anda.
Contoh yang saya berikan dalam salah satu training saya misalnya adalah seminar tentang “kiat mengatasi kegugupan” dengan audiens level General Manager. Saya akan memulai pesan saya dengan mengatakan hal seperti ini: ”Bahwa banyak karyawan di perusahaan mendengarkan para PEMIMPINnya berbicara bukan karena semangat ingin mendengar namun karena terpaksa saja mengingat yang berbicara adalah BOSS nya. Banyak cerita bahwa para pemimpin menjadi olok-olokan selama ia berbicara karena kegugupannya, atau bahkan ada julukan sendiri yang diberikan kepada boss yang gugup itu. Saya yakin tidak ada satu orangpun yang mau seperi itu disini, namun siapa yang bisa  menjamin bahwa itu tidak akan terjadi kepada kita. (Problem)
Nah hari ini bagi anda semua yang tidak ingin mengalami hal di atas tadi saya akan sharing tentang bagaimana mengatasi kegugupan saat anda berbicara dengan siapa, kapan dan dimanapun (Kebutuhan).
Saat audiens anda berpikir dan merasa problem yang disampaikan tersebut terjadi pada dirinya atau bisa saja menimpa dirinya dan kemudian menimbulkan kebutuhan bagi dia untuk mendengarkan, disaat itulah anda sudah mampu menggunakan jurus WIIFa dengan tepat.
Sekarang sebagai latihan silahkan anda buat 1 Topik apa saja , tujuannya apa, dan buat 3 segmen audiens yang berbeda, tugas anda adalah menemukan WIIFa di ke 3 segmen tersebut.

Selamat berlatih dan semoga membantu andaJ

Tidak ada komentar: