“When I get ready to talk to people, I spend two thirds of the time
thinking what they want to hear and one third thinking about what I want to
say.”
― Abraham Lincoln
― Abraham Lincoln
Dalam berkomunikasi
interpersonal akan selalu ada pembicara dan pendengar serta pesan yang akan
disampaikan. Dalam ‘public speaking’ akan selalu ada pembicara dan pendengar
yang lebih dari 1 orang dan pesan yang akan disampaikan. Kedua hal di atas
menitikberatkan pada pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara pesan itu
tersampaikan.
Saat pesan
disampaikan banyak pembicara yang selalu memikirkan pesan tersebut adalah hal
yang sangat penting, perlu, dan harus dibicarakan kepada audiens tersebut,
namun sering terlupakan adalah memikirkan apakah pentingnya pesan tersebut bagi
pendengar atau audiens yang mendengarkan.
Dalam banyak
seminar yang saya moderatori, saya melihat bahwa banyak pembicara tidak memikirkan
apa yang judul saya sebut WIIFa atau Whats In It For Auidence sehingga
mengakibatkan audiens tidak berselera untuk mendengarkan dan membuat suasana
seminar tidak lagi sesuai yang diharapkan.
Dalam seminar
kepada mahasiswa-mahasiswi tentang pentingnya membayar pajak, misalnya, saya
menemui pembicara yang justru langsung menerangkan tentang berbagai macam pajak
padahal seharusnya pembicara terlebih dahulu menjelaskan apa sih pentingnya
buat mahasiswa mengetahui tentang pajak karena mereka kebanyakan belum memiliki
penghasilan karena masih ditanggung orangtua. Karena itu maka tidak heran
seminar tersebut sudah sepi bahkan sebelum setengah dari acara tersebut
berlangsung.
Mari kita jujur
pada diri sendiri, saat kita jadi pendengar pasti kita akan berpikir
‘pentingnya buat gw apa ya dari omongan ini’, sehingga saat kita pikir itu
penting kita akan lajut mendengarkan, namun jika tidak berbagai respon akan
kita berikan salah satunya adalah komentar seperti ini: ‘ni orang ngomong gak
penting banget sih, males dengerinnya’.
WIIFa adalah suatu
jurus andalan dari setiap pembicara agar bisa nyambung dengan pendengar dan
menimbukan suatu kebutuhan untuk si pendengar yang akan bisa terpenuhi hanya
jika ia mendengarkan pesan tersebut.
Untuk memunculkan
WIIFa ini, maka yang harus anda persiapkan adalah suatu ‘problem’ dan
‘kebutuhan’ dari pesan yang akan disampaikan.
“Tidak ada orang
yang ingin punya problem dalam hidupnya, namun tidak ada seorangpun yang tidak
punya problem sepanjang hidupnya”. Saat pesan anda menampilkan suatu problem
yang mengena atau bisa terkena kepada audiens anda, maka itu akan menimbulkan
suatu kebutuhan dalam pendengar anda untuk mendengarkan pesan anda.
Contoh yang saya
berikan dalam salah satu training saya misalnya adalah seminar tentang “kiat
mengatasi kegugupan” dengan audiens level General Manager. Saya akan memulai
pesan saya dengan mengatakan hal seperti ini: ”Bahwa banyak karyawan di perusahaan mendengarkan para PEMIMPINnya
berbicara bukan karena semangat ingin mendengar namun karena terpaksa saja mengingat
yang berbicara adalah BOSS nya. Banyak cerita bahwa para pemimpin menjadi
olok-olokan selama ia berbicara karena kegugupannya, atau bahkan ada julukan
sendiri yang diberikan kepada boss yang gugup itu. Saya yakin tidak ada satu
orangpun yang mau seperi itu disini, namun siapa yang bisa menjamin bahwa itu tidak akan terjadi kepada
kita. (Problem)
Nah hari ini bagi anda semua yang tidak ingin mengalami
hal di atas tadi saya akan sharing tentang bagaimana mengatasi kegugupan saat
anda berbicara dengan siapa, kapan dan dimanapun (Kebutuhan).
Saat audiens anda
berpikir dan merasa problem yang disampaikan tersebut terjadi pada dirinya atau
bisa saja menimpa dirinya dan kemudian menimbulkan kebutuhan bagi dia untuk
mendengarkan, disaat itulah anda sudah mampu menggunakan jurus WIIFa dengan tepat.
Sekarang sebagai
latihan silahkan anda buat 1 Topik apa saja , tujuannya apa, dan buat 3 segmen
audiens yang berbeda, tugas anda adalah menemukan WIIFa di ke 3 segmen
tersebut.
Selamat berlatih
dan semoga membantu andaJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar